Tata Cara Mandi Wajib Sesuai Syariat


Mandi dalam syariat islam adalah meratakan air pada seluruh tubuh. Mandi wajib berbeda dengan mandi biasa. Dalam hal ini niat merupakan hal pembeda tersebut. Sebagaimana hadist yang berbunyi “sesungguhnya setiap amalan adalah tergantung niatnya” (HR. Bukhori No. 1 dan Mualim No. 1907).

Hal-hal yang mewajibkan mandi adalah :
1.      Keluar mani diiringi syahwat dalam kondisi terjaga maupun tertidur.
2.      Jimak. Yaitu seorang laki-laki bersenggama dengan istrinya baik keluar mani maupun tidak.
3.      Selesai dari masa haid atau nifas.
4.      Kematian. Wajib memandikan mayit atas orang-orang beriman yang menghadirinya.

Adapun hal-hal yang dianjurkan mandi adalah :
1.      Masuk kota Mekah
2.      Ihrom, baik untuk haji maupun umroh.
3.      Wuquf di Arafah.
4.      Shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha.
5.      Shalat Jum’at
6.      Selesai memandikan mayit.

Adapun orang-orang yang masih junub dilarang melakukan shalat, thawaf di Ka’bah, menyentuh atau membawa mushaf Al Qur’an, duduk dan tinggal di dalam masjid sampai ia melakukan mandi wajib.

Berikut adalah tata cara mandi wajib yang disunnahkan, sehingga apabila cara ini dilakukan maka mandi wajib akan menjadi lebih sempurna. Dalil yang dipakai adalah hadist dari ‘Aisyah dan hadist dari Maimunnah.



 عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ


 
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ

Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)

Dari kedua dalil diatas, kita dapat merinci urut-urutan tatacara mandi wajib yang disunnahkan adalah sebagai berikut :

Pertama adalah mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali.Kedua adalah membersihkan kemaluan dengan tangan kiri

Ketiga adalah mencuci tangan yang digunakan untuk membersihkan kemaluan dengan tanah atau semacam sabun.

Keempat adalah berwudlu dengan sempurna seperti wudlu ketika akan shalat.

Kelima adalah mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal. Wanita dalam mandi junub cukup mengguyurkan air di kepalanya tiga kali dan tidak perlu melepaskan jalinan rambutnya kecuali mandi karena haid dan nifas.

Keenam mulai mencuci rambut bagian kanan lalu bagian kiri, setelah itu menyela-nyela rambut.Dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan,



كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ غَسَلَ يَدَيْهِ ، وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ اغْتَسَلَ ، ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِهِ شَعَرَهُ ، حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنْ قَدْ أَرْوَى بَشَرَتَهُ ، أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ غَسَلَ سَائِرَ جَسَدِهِ


“Jika Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi junub, beliau mencuci tangannya dan berwudlu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya, beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badab lainnya” (HR. Muslim No. 272)

Juga ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata,


كُنَّا إِذَا أَصَابَتْ إِحْدَانَا جَنَابَةٌ ، أَخَذَتْ بِيَدَيْهَا ثَلاَثًا فَوْقَ رَأْسِهَا ، ثُمَّ تَأْخُذُ بِيَدِهَا عَلَى شِقِّهَا الأَيْمَنِ ، وَبِيَدِهَا الأُخْرَى عَلَى شِقِّهَا الأَيْسَرِ
 

“Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepalanya, lalu mengambil air dengan tangannya kemudian menyiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu mengambil air dengan tangannya yang lain kemudian menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri.” (HR. Bukhori No. 277)

Terakhir adalah mengguyurkan air ke seluruh badan cukup sekali saja. Cukup sekali ini adalah menurut pendapat Imam Ahmad dan dipilih oleh Ibnu Taimiyah.


Referensi :

Website pribadi milik Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, Gunungkidul

Buku Paduan Praktis Fiqih Wanita karya Robi’ ‘Abdurrouf Az Zawawi

Fanpage FB : Belajar Fiqih Wanita
http://fiqhunnisa.blogspot.com

Ditulis ulang oleh Muthmainnah
Share:

No comments:

Post a Comment