Hukum Memakai Cadar dalam Pandangan 4 Madzhab
Pendapat madzhab Hanafi, wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
Asy Syaranbalali berkata:
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها باطنهما
وظاهرهما في الأصح ، وهو المختار
“Seluruh
tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam serta telapak
tangan luar, ini pendapat yang lebih shahih dan merupakan pilihan madzhab kami“
(Matan Nuurul Iidhah)
Al Imam Muhammad ‘Alaa-uddin berkata:
وجميع بدن الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ، وقدميها
في رواية ، وكذا صوتها، وليس بعورة على الأشبه ، وإنما يؤدي إلى الفتنة ، ولذا
تمنع من كشف وجهها بين الرجال للفتنة
“Seluruh
badan wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan dalam. Dalam suatu
riwayat, juga telapak tangan luar. Demikian juga suaranya. Namun bukan aurat
jika dihadapan sesama wanita. Jika cenderung menimbulkan fitnah, dilarang
menampakkan wajahnya di hadapan para lelaki” (Ad Durr Al Muntaqa, 81)
Al Allamah Al Hashkafi berkata:
والمرأة كالرجل ، لكنها تكشف وجهها لا رأسها ،
ولو سَدَلَت شيئًا عليه وَجَافَتهُ جاز ، بل يندب
“Aurat
wanita dalam shalat itu seperti aurat lelaki. Namun wajah wanita itu dibuka
sedangkan kepalanya tidak. Andai seorang wanita memakai sesuatu di wajahnya
atau menutupnya, boleh, bahkan dianjurkan” (Ad Durr Al Mukhtar, 2/189)
Al Allamah Ibnu Abidin berkata:
تُمنَعُ من الكشف لخوف أن يرى الرجال وجهها فتقع
الفتنة ، لأنه مع الكشف قد يقع النظر إليها بشهوة
“Terlarang
bagi wanita menampakan wajahnya karena khawatir akan dilihat oleh para lelaki,
kemudian timbullah fitnah. Karena jika wajah dinampakkan, terkadang lelaki
melihatnya dengan syahwat” (Hasyiah ‘Alad Durr Al Mukhtaar, 3/188-189)
Al Allamah Ibnu Najiim berkata:
قال مشايخنا : تمنع المرأة الشابة من كشف وجهها
بين الرجال في زماننا للفتنة
“Para
ulama madzhab kami berkata bahwa terlarang bagi wanita muda untuk menampakkan
wajahnya di hadapan para lelaki di zaman kita ini, karena dikhawatirkan
menimbulkan fitnah” (Al Bahr Ar Raaiq, 284)
Beliau
berkata demikian di zaman beliau, yaitu beliau wafat pada tahun 970 H,
bagaimana dengan zaman kita sekarang?
Mazhab Maliki
berpendapat bahwa wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya
sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
Bahkan sebagian ulama Maliki berpendapat seluruh tubuh wanita adalah aurat.
* Az Zarqaani
berkata:
وعورة الحرة مع
رجل أجنبي مسلم غير الوجه والكفين من جميع جسدها ، حتى دلاليها وقصَّتها
. وأما الوجه والكفان ظاهرهما وباطنهما ، فله رؤيتهما مكشوفين ولو شابة بلا
عذر من شهادة أو طب ، إلا لخوف فتنة أو قصد لذة فيحرم ، كنظر لأمرد ، كما
للفاكهاني والقلشاني
“Aurat wanita
di depan lelaki muslim ajnabi adalah seluruh tubuh selain wajah dan telapak
tangan. Bahkan suara indahnya juga aurat. Sedangkan wajah, telapak tangan luar
dan dalam, boleh dinampakkan dan dilihat oleh laki-laki walaupun wanita
tersebut masih muda baik sekedar melihat ataupun untuk tujuan pengobatan.
Kecuali jika khawatir timbul fitnah atau lelaki melihat wanita untuk
berlezat-lezat, maka hukumnya haram, sebagaimana haramnya melihat amraad.
Hal ini juga diungkapkan oleh Al Faakihaani dan Al Qalsyaani” (Syarh
Mukhtashar Khalil, 176)
* Ibnul Arabi
berkata:
والمرأة كلها
عورة ، بدنها ، وصوتها ، فلا يجوز كشف ذلك إلا لضرورة ، أو لحاجة ، كالشهادة عليها
، أو داء يكون ببدنها ، أو سؤالها عما يَعنُّ ويعرض عندها
“Wanita itu
seluruhnya adalah aurat. Baik badannya maupun suaranya. Tidak boleh menampakkan
wajahnya kecuali darurat atau ada kebutuhan mendesak seperti persaksian atau
pengobatan pada badannya, atau kita dipertanyakan apakah ia adalah orang yang
dimaksud (dalam sebuah persoalan)” (Ahkaamul Qur’an, 3/1579)
* Al Qurthubi
berkata:
قال ابن خُويز
منداد ــ وهو من كبار علماء المالكية ـ : إن المرأة اذا كانت جميلة وخيف من وجهها
وكفيها الفتنة ، فعليها ستر ذلك ؛ وإن كانت عجوزًا أو مقبحة جاز أن تكشف وجهها
وكفيها
“Ibnu Juwaiz
Mandad – ia adalah ulama besar Maliki – berkata: Jika seorang wanita itu cantik
dan khawatir wajahnya dan telapak tangannya menimbulkan fitnah, hendaknya ia
menutup wajahnya. Jika ia wanita tua atau wajahnya jelek, boleh baginya
menampakkan wajahnya” (Tafsir Al Qurthubi, 12/229)
* Al Hathab
berkata:
واعلم أنه إن
خُشي من المرأة الفتنة يجب عليها ستر الوجه والكفين . قاله القاضي عبد الوهاب ،
ونقله عنه الشيخ أحمد زرّوق في شرح الرسالة ، وهو ظاهر التوضيح
“Ketahuilah,
jika dikhawatirkan terjadi fitnah maka wanita wajib menutup wajah dan telapak
tangannya. Ini dikatakan oleh Al Qadhi Abdul Wahhab, juga dinukil oleh Syaikh
Ahmad Zarruq dalam Syarhur Risaalah. Dan inilah pendapat yang lebih tepat” (Mawahib
Jaliil, 499)
* Al Allamah Al
Banaani, menjelaskan pendapat Az Zarqani di atas:
وهو الذي لابن
مرزوق في اغتنام الفرصة قائلًا : إنه مشهور المذهب ، ونقل الحطاب أيضًا الوجوب عن
القاضي عبد الوهاب ، أو لا يجب عليها ذلك ، وإنما على الرجل غض بصره ، وهو مقتضى
نقل مَوَّاق عن عياض . وفصَّل الشيخ زروق في شرح الوغليسية بين الجميلة فيجب عليها
، وغيرها فيُستحب
“Pendapat
tersebut juga dikatakan oleh Ibnu Marzuuq dalam kitab Ightimamul Furshah,
ia berkata: ‘Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Maliki’. Al Hathab juga
menukil perkataan Al Qadhi Abdul Wahhab bahwa hukumnya wajib. Sebagian ulama
Maliki menyebutkan pendapat bahwa hukumnya tidak wajib namun laki-laki wajib
menundukkan pandangannya. Pendapat ini dinukil Mawwaq dari Iyadh. Syaikh Zarruq
dalam kitab Syarhul Waghlisiyyah merinci, jika cantik maka wajib, jika
tidak cantik maka sunnah” (Hasyiyah ‘Ala Syarh Az Zarqaani, 176)
Pendapat
madzhab Syafi’i, aurat wanita di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) adalah
seluruh tubuh. Sehingga mereka mewajibkan wanita memakai cadar di hadapan
lelaki ajnabi. Inilah pendapat mu’tamad madzhab Syafi’i.
*
Asy Syarwani berkata:
إن لها ثلاث عورات : عورة في الصلاة ، وهو ما
تقدم ـ أي كل بدنها ما سوى الوجه والكفين . وعورة بالنسبة لنظر الأجانب إليها
: جميع بدنها حتى الوجه والكفين على المعتمد وعورة في الخلوة وعند المحارم : كعورة
الرجل »اهـ ـ أي ما بين السرة والركبة ـ
“Wanita
memiliki tiga jenis aurat, (1) aurat dalam shalat -sebagaimana telah
dijelaskan- yaitu seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, (2) aurat
terhadap pandangan lelaki ajnabi, yaitu seluruh tubuh termasuk wajah dan
telapak tangan, menurut pendapat yang mu’tamad, (3) aurat ketika berdua
bersama yang mahram, sama seperti laki-laki, yaitu antara pusar dan paha” (Hasyiah
Asy Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 2/112)
*
Syaikh Sulaiman Al Jamal berkata:
غير وجه وكفين : وهذه عورتها في الصلاة . وأما
عورتها عند النساء المسلمات مطلقًا وعند الرجال المحارم ، فما بين السرة والركبة .
وأما عند الرجال الأجانب فجميع البدن
“Maksud
perkataan An Nawawi ‘aurat wanita adalah selain wajah dan telapak tangan’, ini
adalah aurat di dalam shalat. Adapun aurat wanita muslimah secara mutlak di
hadapan lelaki yang masih mahram adalah antara pusar hingga paha. Sedangkan di
hadapan lelaki yang bukan mahram adalah seluruh badan” (Hasyiatul Jamal Ala’
Syarh Al Minhaj, 411)
*
Syaikh Muhammad bin Qaasim Al Ghazzi, penulis Fathul Qaarib, berkata:
وجميع بدن المرأة الحرة عورة إلا وجهها وكفيها ،
وهذه عورتها في الصلاة ، أما خارج الصلاة فعورتها جميع بدنها
“Seluruh
badan wanita selain wajah dan telapak tangan adalah aurat. Ini aurat di dalam
shalat. Adapun di luar shalat, aurat wanita adalah seluruh badan” (Fathul
Qaarib, 19)
*
Ibnu Qaasim Al Abadi berkata:
فيجب ما ستر من الأنثى ولو رقيقة ما عدا الوجه
والكفين . ووجوب سترهما في الحياة ليس لكونهما عورة ، بل لخوف الفتنة غالبًا
“Wajib
bagi wanita menutup seluruh tubuh selain wajah telapak tangan, walaupun
penutupnya tipis. Dan wajib pula menutup wajah dan telapak tangan, bukan karena
keduanya adalah aurat, namun karena secara umum keduanya cenderung menimbulkan
fitnah” (Hasyiah Ibnu Qaasim ‘Ala Tuhfatul Muhtaaj, 3/115)
*
Taqiyuddin Al Hushni, penulis Kifaayatul Akhyaar, berkata:
ويُكره أن يصلي في ثوب فيه صورة وتمثيل ، والمرأة
متنقّبة إلا أن تكون في مسجد وهناك أجانب لا يحترزون عن النظر ، فإن خيف من النظر
إليها ما يجر إلى الفساد حرم عليها رفع النقاب
“Makruh
hukumnya shalat dengan memakai pakaian yang bergambar atau lukisan. Makruh pula
wanita memakai niqab (cadar) ketika shalat. Kecuali jika di masjid kondisinya
sulit terjaga dari pandnagan lelaki ajnabi. Jika wanita khawatir dipandang oleh
lelaki ajnabi sehingga menimbulkan kerusakan, haram hukumnya melepaskan niqab
(cadar)” (Kifaayatul Akhyaar, 181)
* Imam Ahmad bin Hambal
berkata:
كل شيء منها ــ أي من المرأة الحرة ــ عورة حتى
الظفر
“Setiap
bagian tubuh wanita adalah aurat, termasuk pula kukunya” (Dinukil dalam Zaadul
Masiir, 6/31)
*
Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al ‘Anqaari, penulis Raudhul Murbi’,
berkata:
«
وكل الحرة البالغة عورة حتى ذوائبها ، صرح به في الرعاية
. اهـ إلا وجهها فليس عورة في الصلاة
. وأما خارجها فكلها عورة حتى وجهها بالنسبة إلى الرجل
والخنثى وبالنسبة إلى مثلها عورتها ما بين السرة إلى الركبة
“Setiap
bagian tubuh wanita yang baligh adalah aurat, termasuk pula sudut kepalanya. Pendapat
ini telah dijelaskan dalam kitab Ar Ri’ayah… kecuali wajah, karena wajah
bukanlah aurat di dalam shalat. Adapun di luar shalat, semua bagian tubuh
adalah aurat, termasuk pula wajahnya jika di hadapan lelaki atau di hadapan
banci. Jika di hadapan sesama wanita, auratnya antara pusar hingga paha” (Raudhul
Murbi’, 140)
*
Ibnu Muflih berkata:
«
قال أحمد : ولا تبدي زينتها إلا لمن في الآية ونقل أبو
طالب :ظفرها عورة ، فإذا خرجت فلا تبين شيئًا ، ولا خُفَّها ، فإنه يصف القدم ،
وأحبُّ إليَّ أن تجعل لكـمّها زرًا عند يدها
“Imam
Ahmad berkata: ‘Maksud ayat tersebut adalah, janganlah mereka (wanita)
menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada orang yang disebutkan di dalam ayat‘.
Abu Thalib menukil penjelasan dari beliau (Imam Ahmad): ‘Kuku wanita termasuk
aurat. Jika mereka keluar, tidak boleh menampakkan apapun bahkan khuf
(semacam kaus kaki), karena khuf itu masih menampakkan lekuk kaki. Dan
aku lebih suka jika mereka membuat semacam kancing tekan di bagian tangan’” (Al
Furu’, 601-602)
*
Syaikh Manshur bin Yunus bin Idris Al Bahuti, ketika menjelaskan matan Al
Iqna’ , ia berkata:
«
وهما » أي : الكفان . « والوجه » من الحرة البالغة «
عورة خارجها » أي الصلاة « باعتبار النظر كبقية بدنها »
“’Keduanya,
yaitu dua telapak tangan dan wajah adalah aurat di luar shalat karena adanya
pandangan, sama seperti anggota badan lainnya” (Kasyful Qanaa’, 309)
*
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:
القول الراجح في هذه المسألة وجوب ستر الوجه عن
الرجال الأجانب
“Pendapat
yang kuat dalam masalah ini adalah wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup
wajah dari pada lelaki ajnabi” (Fatawa Nurun ‘Alad Darb,
Dipostkan oleh : Muthmainnah
Dipostkan oleh : Muthmainnah